Perawatan Untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Ketika seseorang didiagnosis dengan tekanan darah tinggi sistemik (sistemik), itu pada dasarnya berarti kekuatan darah yang mendorong melalui pembuluh darah terlalu besar, yang pada akhirnya meningkatkan kemungkinan stroke dan serangan jantung. Hipertensi pulmonal sebenarnya adalah bentuk spesifik dari hipertensi yang biasanya terjadi di dalam paru-paru. Ketika tubuh memiliki terlalu banyak cairan dalam sistem peredaran darahnya, dapat menyebabkan penyempitan bronkiolus, yang pada akhirnya dapat menyebabkan emfisema, emboli paru, atau kanker paru-paru. Ada banyak jenis hipertensi pulmonal, tetapi yang paling sering dikaitkan dengan kondisi ini adalah penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), atau dikenal sebagai bronkitis kronis atau emfisema.

Orang yang menderita COPD dapat mengalami nyeri dada yang memburuk saat mereka beristirahat. Jika dibiarkan, rasa sakit ini dapat menyebabkan komplikasi parah seperti emfisema dan kanker paru-paru. Orang yang didiagnosis dengan PPOK sering disarankan untuk menghindari aktivitas fisik yang berat, tetapi banyak yang tidak dapat melakukannya karena alasan medis. Akibatnya, mereka tidak dapat mempertahankan fungsi paru-paru yang memadai.

Selain PPOK, beberapa bentuk hipertensi pulmonal disebabkan oleh merokok. Misalnya, perokok lebih rentan untuk mengembangkan bronkitis kronis, dan mungkin mengalami nyeri dada terus-menerus setelah aktivitas. Beberapa peneliti percaya bahwa kondisi ini terkait dengan kerusakan yang diakibatkan asap tembakau pada paru-paru, serta peningkatan paparan perokok pasif terhadap asap rokok.

Ada beberapa cara untuk mencegah hipertensi pulmonal, di antaranya tidak merokok, lebih banyak berolahraga, minum lebih banyak cairan, dan mengontrol berat badan. Namun, jika Anda menderita PPOK atau kelebihan berat badan, maka penting untuk memulai perubahan gaya hidup sebelum terlambat. Dengan menurunkan berat badan, Anda dapat menurunkan tekanan pada paru-paru sebanyak 10 pon, sehingga paru-paru Anda dapat lebih baik memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Selain itu, dengan minum lebih banyak cairan, Anda akan dapat membuang kelebihan cairan yang menumpuk di tubuh Anda.

Jika Anda didiagnosis menderita penyakit paru obstruktif kronik, Anda mungkin akan diberi resep obat, seperti beta-blocker, atau diuretik. Obat ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit. Mereka dapat mengurangi gejala seperti batuk, sakit tenggorokan, batuk mantra, sesak napas, mengi, dan nyeri dada di daerah dada.

Untuk pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik, dokter juga menyarankan agar mereka menjalani tes fungsi paru yang dikenal sebagai spirometri untuk menentukan aliran udara di paru-paru mereka dan jumlah cairan yang hilang melalui paru-paru mereka. Proses ini dilakukan untuk membantu menentukan apakah pasien memerlukan perawatan atau intervensi lebih lanjut atau tidak.

Untuk menentukan tingkat keparahan penyakit, dokter dapat melakukan kateterisasi ekspirasi akhir (mengukur jumlah cairan dan gas yang dikeluarkan melalui saluran paru-paru). Tes ini dilakukan dalam pengaturan rawat jalan dan dapat dilakukan sebagai prosedur tindak lanjut setelah operasi atau sebagai bagian rutin dari pemeriksaan rutin. Banyak pasien diberikan spirometer kedua untuk memantau perkembangan kondisi mereka saat mengambil penekan batuk setiap hari.

Tujuan pengobatan penyakit paru obstruktif kronik adalah untuk mengendalikannya secepat mungkin. Jika penyakit ini tidak diobati, maka akan sangat sulit untuk mengontrolnya, sehingga diperlukan pengobatan jangka panjang. Perawatan biasanya ditujukan untuk mengurangi keparahan dan mencegah komplikasi.

Selain obat-obatan, bentuk pengobatan yang paling umum untuk penyakit paru obstruktif kronik adalah pembedahan. Jika dokter mencurigai bahwa penyakitnya sudah lanjut dan pembedahan tidak membantu, mereka dapat memilih perawatan invasif, termasuk lobektomi paru, operasi pengangkatan paru-paru, atau reseksi paru-paru, yang dikenal sebagai pneumonektomi.

Risiko pembedahan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif lebih tinggi dibandingkan pada pasien tanpa penyakit. Salah satu risiko terbesar adalah operasi mungkin gagal dan pasien mungkin tidak akan pernah pulih sepenuhnya dari penyakitnya. Selain itu, operasi ini sangat invasif dan membawa risiko infeksi, masalah penyembuhan luka, dan komplikasi lain yang membutuhkan banyak waktu dan upaya untuk menyelesaikannya.

Penyakit paru obstruktif merespon dengan baik terhadap pengobatan, dan kebanyakan orang akan mendapatkan hasil yang baik dengan tindak lanjut yang tepat. Pengamatan yang cermat, menghindari penghirupan racun karbon monoksida dan pemeriksaan rutin memastikan bahwa kehidupan mereka berlanjut seperti biasa, dengan gangguan minimal, bahkan saat penyakit berkembang.